Hindari Dulu Saham-saham Grup MNC

Headline

Secara fundamental, saham-saham grup MNC dinilai positif. Namun, sebelum kasus hukum TPI benar-benar selesai, pasar disarankan menghindari saham-sahamnya.
Tonny W Setiadi, analis dari Indosurya Asset Management mengatakan hal itu kepadaINILAH.COM. Menurut dia, investor saham harus hati-hati atas dimenangkannya kasasi Siti Hardiyanti Rukmana atas sengketa TPI. “Jadi, untuk para pemodal di bursa saham, saya sarankan menunggu hingga persoalan ini benar-banar jelas, terutama untuk saham MNCN,” kata dia.
Pada perdagangan Senin (9/12/2013) saham PT Media Nusantara Citra (MNCN) ditutup stagnan di Rp2.675; PT MNC Sky Vision (MSKY) menguat Rp25 (1,11%) ke Rp2.275; PT Global Mediacom (BMTR) naik Rp30 (1,63%) ke Rp1.860 dan PT MNC Investama (BHIT) menguat Rp5 (1,51%) ke Rp335 per saham. Berikut ini wawancara lengkapnya:
Mahkamah Agung memenangkan Siti Hardiyanti Rukmana, yang biasa disapa Mbak Tutut, atas kasasi kasus sengketa Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Harga saham-saham grup MNC pun berguguran. Bagaimana Anda melihat prospek saham-saham di grup ini?
Jika melihat fundamentalnya, saham-saham grup BHIT masih bagus. Tapi, karena kasus kasasinya dimenangkan oleh Tutut, pasar memang agak hati-hati. Sekarang, bagian saham MNCN itu milik siapa belum jelas. Jika nanti kebijakannya diubah oleh Tutut, bisa saja hasil keuntungannya berubah. Selama ini hasil keuntungan di bawah pimpinan Hary Tanoesoedibjo, bisa jadi berkurang di mata investor.
Saya sendiri percaya, secara fundamental masih bagus. Hanya saja, saya masih akan menghindari dulu saham-saham grup MNC hingga kasus hukumnya benar-benar selesai dan ada kepastian berikutnya--perusahaan ini akan dibawa ke mana.
Apakah saham-saham grup MNC lain juga kena getahnya?
Saham TPI dulu milik PT Cipta Lamtoro Gung Persada. Sekarang beralih ke MNCN. Yang dipermasalahkan adalah persusahaan yang dulu termasuk transaksinya. Jadi, pengaruh negatifnya ke saham MNCN. Tapi, secara holding company, kasus ini berpengaruh negatif juga ke PT Global Mediacom (BMTR). Saham ini punya risiko dari sisi kasus hukum atau class action, meski kecil tapi bisa mempengaruhi keberlangsungan perusahaan ke depannya.
Kebijakan yang tadinya A bisa berubah menjadi B. Misalnya, kita masih bisa melihat MNC di TV kita, tiba-tiba tuntutan hukum sudah final, dan ternyata Tutut menang dan bisa mengubah kebijakan dari MNC TV, bisa saja kita pekan berikutnya melihat TPI TV yang programnya bisa berbeda jauh dengan MNC TV. Jadi, untuk para pemodal di bursa saham, saya sarankan menunggu hingga persoalan ini benar-banar jelas, terutama untuk saham MNCN.
Kalau tanpa memfaktorkan kasus menangnya kasasi Tutut?
Jika murni mempertimbangkan fundamental, saham MNCN cukup prospektif seiring peningkatan belanja iklan politik jelang pemilu 2014. Secara rata-rata, kinerja dari grup ini cukup bagus. Tapi, untuk MNCN, karena terkena langsung kasus pemindahan saham yang dulu dengan Tutut, akan berpengaruh juga ke saham grup MNC yang lain khususnya yang terlibat dalam transaksi tersebut. Meskipun, pengaruhnya tidak sebesar pengaruh pada MNCN. Apalagi, bursa saham kita saat ini sedang tertekan.
Contohnya, saat diberitakan Tutut memenangkan kasasi, saham PT MNC Investama (BHIT) sebagai induk usaha, sahmnya turun cukup dalam. Ini pasti ada keterkaitan dengan saham lainnya di grup ini. Sebab, kasus ini sudah menyangkut pada citra perusahaan secara keseluruhan. MSKY, BMTR, dan BHIT kena getahnya.
Kalau begitu, apa rekomendasi Anda untuk saham-saham di grup MNC?
Investor tetap bisa mendapatkan peluang meraih gain. Misalnya, PT MNC Sky Vision (MSKY) yang bergerak di sektor tv cable. Pasar MSKY masih sangat besar dan sepertinya, emiten ini tidak terkait dengan kasus transaksi dengan Tutut. Kalaupun nanti kena getahnya dan harga sahamnya turun, layak dikoleksi.
Jadi, untuk grup Bhakti, saya rekomendasikan sahamnya yang tidak terkait dengan transaksi yang bermasalah secara hukum itu. Saya rekomendasikan buy bagi yang sudah punya dengan pola akumulasi di level Rp2.000 untuk MSKY. Harga ini cukup menarik untuk MSKY. Kalaupun tidak buy, bisa di-hold karena kinerjanya masih bagus. Untuk target harga atas, saya belum terlalu optimistis karena kondisi pasar juga kurang mendukung. Saya cenderung akumulasi saja.
Bagaimana dengan saham BMTR?
Saham BMTR tidak terlalu menarik. Sebab, saham ini masih bolak-balik (ranging) dalam kisarannya, di situ-situ saja. Saya lebih milih MSKY. Untuk investor jangka pendek, trading di grup ini bisa memperhatikan berita buy back sahamnya. Sebab, grup ini merupakan salah satu grup yang cukup aktif melakukan buyback saham seperti yang dilakukan oleh BMTR. Tapi, investor belum melihat signifikan aksi buy back tersebut sehingga harga sahamnya kembali turun.
Saham BHIT?
Untuk saham BHIT masih bisa dimainkan tapi untuk horison agak panjang. Untuk saat ini, kondisi pasar masih terpengaruh oleh rencana tapering The Fed pada kuartal I-2014. Sebab, data AS, pekan ini positif, pekan depannya bisa negatif. Data AS belum konsisten positif untuk mendorong tapering Fed. Sejauh ini, konsesus, tapering Fed dilakukan pada kuartal I-2014. Tapi, jika data AS hingga akhir tahun ini ternyata bagus, bisa jadi tapering terjadi akhir 2013.Tapi, saya rasa di kuartal I-2014.
Selain itu, jelang akhir tahun, pelaku pasar keuangan banyak yang libur. Jadi, tapering tidak akan dilakukan jelang Chrismas Holiday mereka. Setelah itu, di dalam negari ada agenda pemilu 2014. Sebelum pemilu dan pemerintahan baru terbentuk, kita tidak bisa berharap IHSG dan saham-saham di dalamnya bisa naik terlalu besar. Jadi, koleksi hingga pemilu. Tapi, untuk berharap harga sahamnya pulih signifikan, harus menunggu hingga semester II-2014.
Di level berapa saham BHIT layak dikoleksi?
Harga saham BHIT di Rp300-an cukup menarik. Sebab, jika pulih, saham ini bisa menguat ke Rp400-450. Jadi, waspada, jika kita akumulasi dari sekarang, jelang pemilu 2014, IHSG bakal kembali turun. Artinya, jika kita akumulasi saham sekarang, masih ada timing yang lebih bagus untuk akumulasi. Jadi, kalau mau akumulasi, jangan terlalu agresif. Sebab, akan ada kesempatan mendapatkan harga yang lebih murah jelang pemilu 2014.
IHSG sendiri, memangnya ada risiko penurunan hingga level berapa?
Gambaran besar yang jadi kunci pergerakan IHSG adalah tapering The Fed dan pemilu 2014. IHSG sendiri saya perkirakan, punya peluang pelemahan ke 3.600. Sebab, selama ini IHSG tertahan di kisaran 4.000-an karena memang bursa regional masih terus menguat. Jika Dow Jones terkoreksi cukup besar, IHSG bisa bergerak di level yang lebih bawah dari 4.000. Jadi, jangan terlalu agresif. Lihat timing-nya tapering Fed dan pemilu. Tapi, bagi short term trader, timing itu jangan terlalu dipusingkan.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons