Masalah Pokok Bursa Saham adalah UU Minerba

Headline

UU Minerba yang akan berlaku 2014 dinilai menjadi masalah pokok bagi bursa saham. Mengapa?
Pengaat pasar modal Sem Susilo mengatakan, jika UU Minerba No 4 2009 tersebut dipaksa diterapkan, baru sekitar 30-40% yang siap dengan smelternya sehingga akan memicu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. Karena itu, bahkan ditengarai tidak menutup kemungkinan terjadinya kerusuhan massal pula.
Akibatnya, ekspor pun akan menurun yang akan diiringi dengan peluang anjloknya nilai tukar rupiah yang juga berimbas negatif pada IHSG. Namun, kata dia, untuk investasi jangka panjang, tidak masalah belanja saham secara bertahap sekarang terutama untuk saham-saham non-komoditas karena sudah berada di bawah valuasi normalnya. “Untuk tradingjangka pendek, tetap fokus pada saham-saham di sektor komoditas,” katanya kepadaINILAH.COM.
Pada perdagangan Jumat (20/12/2013), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 36,42 poin (0,86%) ke posisi 4.195,556. Intraday terendah 4.180,812 dan tertinggi 4.230,606.
Volume perdagangan naik dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan net buydengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan net sell. Berikut ini wawancara lengkapnya:
Mengakhiri pekan lalu, IHSG melemah 0,86%. Apa yang terjadi?
Karena sebagian pelaku pasar sudah persiapan liburan. Selain itu, rupiah masih melemah.
Selain faktor libur dan pelemahan rupiah?
Masalah yang paling pokok bagi bursa saham sekarang adalah Undang-Undang Minerba. Kalau hanya pelemahan rupiah sebagai efek dari penguatan dolar AS akibat tapering Fed, itu tidak terlalu prinsip. Sebab, pulihnya ekonomi AS justru akan mendorong kenaikan harga-harga komoditas. Harga komoditas naik, rupiah melemah akan menghasilkan devisa yang cukup banyak. Dari sisi ini, cukup imbang.
Apa masalahnya dengan Undang-undang Minerba?
Yang jadi masalah sekarang adalah UU Minerba No 4 tahun 2009. Jika dipaksakan diterapkan 100% tanpa kompromi, akan berdampak pada anjloknya penerimaan negara. Karena itu, anggaran APBN 2014 akan defisit. Sebab, smelter pada berbagai perusahaan minerba belum siap. Baru siap kemungkinan 30-40%.
Perushaan-perusahaan besar harus stop produksi karena smelter-nya belum siap. Newmont,Freeport belum siap. Ini akan berdampak luar biasa dan rupiah akan semakin melemah. Jadi, intinya pada UU Minerba itu.
Apa risikonya jika UU Minerba diterapkan secara paksa?
Rupiah bisa melemah ke 13.000 per dolar AS. Tapi, jika UU tersebut mengalami kompromi, IHSG akan terus bangkit. Sebab, secara fundamental, Indonesia tidak terlalu masalah. Jika harga komoditas naik, Indonesia merupakan rumah emiten-emiten di sektor komoditas.
Kalau begitu, bagaimana Anda melihat arah IHSG hingga 2013 berakhir?
Arah IHSG hingga akhir 2013, sudah tidak begitu banyak berubah. Kalaupun terjadi koreksi, tidak akan terlalu jauh. Sebab, sektor komoditas tetap dilihat positif seiring pelemahan nilai tukar rupiah dan harga komoditas yang naik. Sementara itu, saham-saham di sektor non-komoditas sudah berada di bawah valuasi normalnya. Mau turun pun, sudah terbatas.
Outlook Anda untuk 2014?
Untuk 2014, laju IHSG sangat tergantung pada UU Minerba karena sangat menentukan. Faktor tapering off The Fed itu tidak seberapa. Buktinya, saat Fed mengumumkan tapering, IHSG sempat melaju positif. UU Minerba sudah ada sejak tahun 2009. Kenapa selama 4 tahun, pemerintah dan DPR tidak bekerja apa-apa. Mereka tidak mengawal masa transisi supaya UU Minerba bisa diterapkan dengan mulus.
Jika 2014 diterapkan 100%, semua orang tidak siap. Freeport dan Newmont saja bisa PHK 150 ribu orang. Ini bisa memicu kerusuhan massal. Saya tidak tahu apakah ini faktor politik atau ekonomi. Yang jelas, kalau diterapkan UU Minerba akan berat.
Bagaimana jika terjadi kommpromi atau UU Minerba tidak diterapkan tahun depan?
Jika UU Minerba tidak diterapkan, IHSG akan melewati 2014 dengan baik. Sebab, PT Aneka Tambang (ANTM) sendiri belum siap, padahal BUMN. Antam sendiri baru siap tahun 2015. Apalagi, tambang-tambang kecil memang tidak bisa membuat smelter karena nilai usahannya pun kecil yang seharusnya dibuatkan oleh pemerintah. Tapi, pemerintah tidak melakukannya. Tiba-tiba distop, sehingga bangkrut semua. Jadi, yang krusial bukan di tapering, pemilu dan rupiah, melainkan UU Minerba.
Faktor pemilu, bisa Anda elaborasi?
Pemilu 2014 justru banyak yang mengharapkan untuk segera ganti kepemimpinan. Sebab, yang sekarang benar-benar membosankan, menjenuhkan dan menjengkelkan. Orang berharap segera ganti presiden yang lain. Sebab, Indonesia luar biasa dan punya segalanya untuk menjadi negara besar.
Level support dan resistence IHSG hingga akhir 2013?
Hingga akhir 2013 tidak akan jauh dari level-level sekarang, support IHSG berada di level 4.000 dan resistance di 4.300.
Dalam situasi ini, apa saran Anda untuk para pemodal?
Untuk investasi jangka panjang, tidak masalah belanja saham secara bertahap sekarang terutama untuk saham-saham non-komoditas karena sudah berada di bawah valuasi normalnya. Tapi, jangan beli sekaligus. Dengan konsep Piramid tiga kali atau tiga tahap pembelian, turun 10-20% beli. Turun lagi, beli lagi dengan jumlah yang lebih besar untuk dipanen setelah pemilu 2014.
Sebab, pemimpin baru akan memberi harapan baru. Kuncinya, harus saham-saham berfundamental dan manajemen bagus di sektor properti, konstruksi dan lain-lain. Lebih disarankan di saham-saham BUMN saja. Jika UU Minerba bisa ditahan atau ada kompromi, setelah pemilu 2014 saham-saham non-komoditas sudah bangkit. Semua saham non-komoditas yang fundamentalnya bagus bisa dikoleksi perlahan.
Bagaimana dengan trader jangka pendek?
Untuk trading jangka pendek, tetap fokus pada saham-saham di sektor komoditas. Sebab, pemulihan ekonomi AS dan dunia membutuhkan komoditas yang lebih besar seperti Crude Palm Oil (CPO) dan batu bara. Apalagi, rupiah cenderung bertahan melemah di kisaran 12.000 per dolar AS yang juga menguntungkan sektor komoditas.
Spesifik saham-saham pilihan Anda untuk trading?
Saham pilihan di sektor komoditas adalah PT Vale Indonesia (INCO) di sektor pertambangan, karena harga komoditas cenderung naik dan dari sisi smelter-nya, INCO lebih siap. Di sektor perkebunan, PT London Sumatera (LSIP) seiring valuasinya yang masih rendah, manajemennya bagus, dan utangnya kecil. Di sektor batu bara, yang bagus PT Adaro Energy (ADRO). Hanya saja, yang perlu diperhatikan dari ADRO, pada 2014 terkena rencana tarif royalty baru. Ini harus dipertimbangkan pemodal.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons